Minggu, 28 Juni 2020

jenis kerusakan beton


1.   Jenis-Jenis Kerusakan Pada Pekerjaan Beton Bertulang

JENIS KERUSAKAN

1.       Retak (Cracks)
Retak merupakan kejadian pecah pada beton, berupa garis-garis panjang yang sempit. Retak ini biasa terjadi akibat cuaca yang panas dan berangin. Jenis kerusakan ini sifatnya dangkal dan saling berhubungan. Kerusakan akibat keadaan alam pada beton dengan steel structure (reinforced concrete) maupun prestressed concrete memang seringkali tidak bisa dihindari. Dengan penanganan yang tepat, kerusakan ini tidak akan menimbulkan permasalahan berarti bagi konstruksi.

2.       Lubang-Lubang Pada Beton Bertulang (Void)
Voids 
 merupakan istilah untuk menggambarkan kondisi kerusakan pada beton bertulang, berupa lubang-lubang yang ukurannya relatif dalam dan lebar. Penyebabnya ialah proses pemadatan yang dilakukan dengan vibrator yang kurang maksimal dan  terlalu sempitnya jarak antara bekisting dengan tulangan atau frame. Yang sering  terjadi adalah jarak antar tulang yang terlalu sempit hingga mortar tidak bisa mengisi rongga atau pori-pori antara agregat kasar dengan sempurna.

3.       Kelupasan Dangkal Pada Permukaan (Scalling/ Erosion/Spalling)
Kelupasan dangkal pada permukaan beton bertulang merupakan jenis kerusakan yang umum terjadi. Penyebabnya ialah adanya eksposisi yang berulang terhadap proses pembekuan dan pencairan hingga permukaan beton bisa terkelupas (scalling).
Ada pula jenis kerusakan lain yang menyebabkan permukaan beton terkelupas, yakni  spalling, yakni melekatnya material di permukaan bekisting yang menyebabkan permukaan beton terkelupas.


4.       Lekatan Baja Beton
Inilah jenis kerusakan lain yang umum terjadi pada beton bertulang. Kerusakan ini sering terjadi pada komponen struktur penunjang bangunan sipil. Perlu diketahui bahwa lekatan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran sebuah permukaan baja dan kualitas beton di sekitar bagian tulangan. Jika kelekatan gagal terjadi atau kurang sempurna, maka akan membuat menurunnya daya dukung pada struktur. Hal ini bsia menyebabkan deformasi. Yang lebih parah bisa menyebabkan runtuhnya struktur konstruksi.
Penyebab lain dari kegagalan kelekatan ialah adanya korosi pada tulangan, terjadinya kebakaran, atau bisa jadi karena terlalu tipisnya selimut beton.

5.       Adanya Serangan Kimia
Beberapa bahan kimia digunakan dalam proses konstruksi beton tulangan, baik steel structure maupun baja. Seperti penggunaan FLY AHS  pada campuran beton yang berpotensi bisa memberi pengaruh pada  beton terutama pada lingkungan bersulat. Selain itu, adanya tegangan internal bisa juga terjadi akibat dari mengembangnya unsur kimia tertentu pada beton, seperti Ca (OH)2 dengan unsur kimia penyerang.


6.       Penurunan PondasiPada sebagian konstruksi, kondisi tanah kurang mendukung untuk bangunan yang kokoh dan berkualitas. Beberapa kasus yang terjadi ialah daya dukung tanah tidak seragam pada sebagian lingkungan bangunan. Hal inilah yang menjadikan perbedaan dan penurunan pondasi. Sedangkan komponen yang sering rusak ialah pada dinding pengisi.

·       Tabel Jenis Kerusakan Beton Dan Penanganannya



2.   Jenis-Jenis Kerusakan Pada pekerjaan Lapisan Campuran Beraspal Dan Upaya Penanganan



1. Retak Halus (Hair Cracking)


        Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.

·         Kemungkinan penyebab:

1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.

2. Pelapukan permukaan.

3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.

4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

·         Akibat lanjutan:

1. Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.

2. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).

Dalam tahap perbaikan, sebaiknya dilengkapi dengan sitem aquaproof. diman jika dibiarkan berlarut-larut retak rambut dapat berkembang menjadi retak buaya.


2. Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)


        Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kuliat buaya tidak luas. Jika daerah terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.

·         Kemungkinan penyebab:

1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.

2. Pelapukan permukaan.

3. Air tanah pada badan perkerasan jalan

4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

·         Akibat lanjutan:

a. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.

b. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston. Jika celah≤ 3mm, sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat rembesan air ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan dibuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase disekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan memberi lapisan tambahan.


3. Retak Pinggir  (edge crack)


        Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang  yang  mengarah  ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

·         Kemungkinan penyebab:

1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jeni sekspansif clay pada tanah dasar .

2. Sokongan bahu samping kurang baik.

3. Drainase kurang baik.

4. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi

·         Akibat lanjutan:

a Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir padatepi retak.

Cara perbaikan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair & pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar, dan dipadatkan, jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix.


4. Retak Sambungan Bahu Perkerasan (edge joint crack)


        Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

·         Kemungkinan penyebab:

1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.

2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan

3. Drainase kurang baik.

4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.

5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.

·         Akibat lanjutan:

a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.


5. Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)


        Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebabnya adalah ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.

·         Akibat lanjutan:

a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah-celah yang terjadi.


6. Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening crack)


        Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.

Kemungkinan penyebab:

1. Ikatan sambungan yang kurang baik.

2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalanlama.

·         Akibat lanjutan:

a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan danakan mengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.


7. Retak Refleksi (reflection crack)


      Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang(longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasandibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaikisecara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.

·         Kemungkinan penyebab:

1. Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay)sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif.

2. Perbedaan penurunan ( settlement  ) dari timbunan/ pemotongan badan jalandengan struktur perkerasan.

·         Akibat lanjutan:

a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan denganmengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.

Untuk retak berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.


8. Retak Susut (shrinkage crack)


         Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.

·         Kemungkinan penyebab:

1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.

2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

·         Akibat lanjutan:

. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan danmengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (  potholes ).

Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir, dan dilapis dengan burtu.


9. Retak Selip (slippage crack)


      Kerusakan ini sering disebut dengan  parabolic cracks, shear cracks, atau crescent  shaped cracks. Bentuk  retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama denganterbentuknya sungkur ( shoving ).

·         Kemungkinan penyebab:

1.Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu

2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.

3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal

4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak olehmesin penghampar aspal/ mesin lainnya.

·         Akibat lanjutan:

a. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.

b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes).

Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.


10. Amblas (grade depression)


Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Amblas disebabkan oleh beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.

Perbaikan dapat dilakukan dengan cara:

a. Untuk amblas yang ≤ 5cm, bagian yang pernah diisi dengan bahan yang sesuai lapen, lataston, laston.

b. Untuk amblas yang ≥ 5cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali dengan lapis yang sesuai



Senin, 22 Juni 2020

RAB DAN CURVA S

Keterlambatan pelaksanaan proyek merupakan suatu masalah yang tentunya tidak diharapkan owner sebagai pemilik bangunan dan kontraktor sebagai pelaksana pembangunan, masyarakat disekitar proyek juga mengalami kerugian misalnya adanya gangguan dari aktifitas pembangunan yang seharusnya sudah selesai pada tanggal sesuai rencana sebelumnya. Beberapa cara mengatasi pelaksanaan proyek terlambat bisa diterapkan untuk mempercepat selesainya pekerjaan, sebelumnya kita buat terlebih dahulu macam-macam kerugian apabila waktu penyelesaian pembangunan mundur.


§  Kerugian owner atau pemilik proyek akibat proyek terlambat
Peresmian dan pembukaan bangunan menjadi mundur, contohnya pada bangunan super market maka terjadi kemunduran waktu penjualan sehingga berpotensi menyebabkan kehilangan keuntungan.
Perpanjangan izin pembangunan yang tentunya membutuhkan dana tambahan.
Adanya waktu tambahan untuk memantau proyek.
Cara mengatasi : meminta pertanggungjawaban kontraktor atau pemborong agar tetap menyelesaikan proyek tepat sesuai jadwal karena jika terjadi kemunduran maka akan dikenakan denda keterlambatan proyek sekian persen dari nilai kontrak kerja konstruksi

§  Kerugian kontraktor akibat keterlambatan pelaksanaan
Keuntungan berkurang atau justru mengalami kerugian karena bertambahnya waktu pelaksanaan berarti ada penambahan upah tenaga, masa sewa alat, dan kegiatan lainya yang membutuhkan biaya tambahan.
Nama baik perusahaan kontraktor meredup sehingga menjadi sulit mendapat kepercayaan pengerjaan proyek berikutnya.
Cara mengatasi : Melakukan inovasi teknologi sehingga dapat memilih metode kerja terbaik dan tercepat, menambah jumlah tenaga kerja, menambah jumlah alat, penambahan bonus kepada pekerja agar kinerja meningkat, Mengajukan tambahan waktu kepada owner karena terjadi hambatan yang memaksa kemunduran waktu pelaksanaan seperti cuaca buruk.

§  Kerugian konsultan perencana dan pengawas akibat mundurnya proyek
Penambahan waktu penugasan arsitek atau insinyur teknik sipil sebagai pengawas.
Perhitungan RAB dan gambar yang sudah dibuat bisa jadi sudah tidak cocok digunakan apabila sudah terlambat dalam waktu lama.
Cara mengatasi : membuat kontrak kerja perencanaan atau pengawasan dengan perjanjian adanya

§  Kerugian masyarakat akibat proyek tidak selesai tepat waktu
Adanya gangguan saat kegiatan proyek berlangsung.
Tidak dapat menikmati keindahan atau fasilitas bangunan baru yang seharusnya sudah selesai pada tanggal yang direncanakan.
Cara mengatasi : Ikut membantu agar proyek segera selesai, melakukan protes atau demontrasi agar proyek segera diselesaikan, mengajukan proposal agar diberikan dana untuk melakukan perbaikan akibat gangguan proyek.

Ilustrasi kurva rencana percepatan terkait keterlambatan
Jika dijumlahkan total harinya 15 hari. Akan tetapi perlu diketahui bahwa dalam membuat kurva S, ada item pekerjaan yang bisa dilaksanakan bersamaan, kemudian dipercepat.
Seperti ini :
Pekerjaan A @ Rp.100.000,00
Pekerjaan B @Rp.150.000,00
Pekerjaan C @ Rp.Rp.200.000,00
Pekerjaan D @ Rp.Rp.150.000,00
Pekerjaan E @ Rp.400.000,00
Pekerjaan F @ Rp.100.000,00
Grand total harga seluruh pekerjaan pondasi = Rp.1.100.000,00

Waktu pelaksanaan masing – masing pekerjaan,:
Pekerjaan A @ 6 hari
Pekerjaan B @ 2 hari
Pekerjaan C @ 2 hari
Pekerjaan D @ 1 hari
Pekerjaan E @ 3 hari
Pekerjaan F @ 1 hari

Jadi kita bikin ilustrasi gambar kurva s nya

Setelah menggambar kurva S sesuai dengan bilangan persentase pada setiap baris item pekerjaan (warna huruf merah).

Jadila ilustrasi percepatanya