Halaman

Jumat, 24 Juli 2020

ASHPAL MIXING PLANT (AMP) DAN APP (AGREGAT PROCESSING PLANT)


Proses Produksi AMP (Asphalt Mixing Plant)




TAHAPAN PROSES

1. Persiapan Bahan Baku 

Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾  inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant). Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.



2. Bahan Baku Aspal 

Aspal ialah bahan baku  yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri. Aspal emulsi dapat dilihat pada Gambar dibawah.





Gambar  Aspal Emulsi

3. Filler. 

Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan.  Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya. Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada aspal dapat dilihat pada Gambar berikut: 



Gambar  Filler



4. Bin dingin 

Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing Plant) adalah bin dinginyaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat. Bin dingin (cool bin) yang digunakan  dapat dilihat pada Gambar berikut 



Gambar  Bin Dingin (cool bin)



5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer

Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer dengan menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air  harus seminim mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan suhu ±150C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.

Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:

1.     Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan. Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).

2.     Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru. Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan baik ke agregat.

3.     Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Agregat yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit dryer yang ada pada PT. Xxxx dapat dilihat pada Gambar berikut:



Gambar  Unit Dryer



6. Pengumpul Debu (dust collector).

Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer). Gamabr Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar berikut.



Gambar Pengumpul Debu (dust collector)

             

7. Proses Pemisahan Agregat Pada  Hot Screen.

Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses  pemisahan agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya     masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.

Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah :

1.     Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuangan.

2.     Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.

3.     Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.

4.     Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4. Alat hot screen dapat dilihat pada gambar berikut.



Gambar  Hot Screen



8. Bin panas (hot binn)

Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant)  jenis takaran (batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.

9. Timbangan

Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.

Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut :

1.      Kalibrasi timbangan.

2.      Weigh box tergantung bebas.

3.      Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).

Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.



Gambar  3.9 Timbangan



9. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara terperinci pada BAB 4 sebagai tugas khusus yang berkaitan dengan proses pemanasan aspal dan pencampurannya pada mixer

10. Proses Akhir Mixer.
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.

Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal, dan filler  dengan suhu ± 1500C  cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang langsung  ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu  ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C. Alat mixer dapat dililat pada Gambar berikut



Gambar  Mixer



11Tenaga penggerak (genset).
Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan. Genset yang dipergunakan pada unit Asphalt Mixing Plant dapat dilihat pada Gambar berikut:



Gambar Genset



Prosedur pencampuran AMP di lapangan dapat dilihat juga pada alur proses

pencampuran AMP dibawah ini :





Proses pencampuran di Laboratorium

Proses pencampuran yang ada di Laboratorium sebagian besar masih

menggunakan metode manual. Alat AMP di Laboratorium dirancang dan dibuat

dengan tujuan untuk mempermudah para peneliti dalam mengembangkan mengenai

alat pencampur aspal. Alat ini dibuat dengan berbagai model dan mempunyai

kegunaan bermacam-macam.

Pada saat ini alat pencampur aspal di Laboratorium hanya dengan

menggunakan sistem manual. Didalam proses yang ada di lapangan sistem manual

dilakukan oleh manusia itu sendiri. Baik saat pemilihan ukuran agregat, pemanasan

sampai pencampuran agregat dan aspal.

1) Sebelum pencampuran agregat dan aspal dilakukan penimbangan terlebih dahulu

menggunakan alat timbangan, supaya pencampuran agregat dan aspal dapat sesuai

dengan yang diharapkan.



Gambar 11. Penimbangan



2) Agregat yang sudah ditimbang dilakukan pemisahan menurut ukuran. Alat

vibrator digunakan untuk mempermudah pemisahan agregat yang nantinya akan

dilakukan proses pemanasan ( burner ).



3) Alat yang digunakan di Laboratorium sebagai pemanas agregat dan pencampur

antara agregat panas dan aspal panas yaitu penggorengan. Alat ini digunakan

secara manual oleh manusia. Untuk mendapatkan suhu yang diinginkan agregat

dan campuran agregat panas dengan aspal panas dipanaskan menggunakan

tungku kompor dengan bahan bakar minyak tanah. Supaya suhu yang dihasilkan

dapat merata campuran agregat panas dan aspal panas diaduk secara manual

dengan alat pengaduk. Dipanaskan hingga mendapatkan suhu yang diinginkan.

 (Gambar 15. Alat pemanas aspal)

4) Aspal yang akan dimasukan kedalam agregat panas sebagai campuran terlebih

dahulu dipanaskan dengan sendiri menggunakan pemanas dengan bahan bakar

minyak tanah sampai mencair dan mendapatkan suhu yang diingikan. Aspal yang

dipanaskan harus selalu diaduk – aduk supaya aspal tidak mengendap dan

berkerak karena over cook

Untuk mengetahui suhu yang ada di campuran agregat panas dan aspal panas saat

pemanasan dengan menggunkan alat termometer yang dirancang khusus. Alat ini

dapat digunakan dengan menancapkan ujung bagian bawah yang dibuat agar suhu di

dalam campuran agregat panas dan aspal panas dapat diketahui dengan melihat angka

yang ditunjukan termometer



Pengertian agregat

Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa sekumpulan batu pecah, kerikil, pasir baik berupa hasil alam atau lainnya. Agregat merupakan suatu material yang digunakan dalam adukan beton yang membentuk suatu semen hidrolisAgregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan, secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya.

Jenis-jenis agregat

Agregat terbagi beberapa macam jenis, diantaranya :

a.                   Agregat Halus

    Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga menjadikan ikatan lebih kuat yang mempunyai Bj 1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur lebih besar 5 % dari berat, tidak mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan keras, dan bervariasi.

    Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.

    Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel butir lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200.



Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus

Ukuran Saringan ASTM
Persentase berat yang lolos pada tiap saringan
9,5 mm
100
4,76 mm
95 – 100
2,36 mm
80 – 100
1,19 mm
50 – 85
0,595 mm
25 – 60
0,300 mm
10 – 30
0,150 mm
2 – 10

Sumber : ASTM C-33

  1. Agregat Kasar

Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci).

Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan partikel butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.



Tabel 2.2 Batas-batas gradasi agregat kasar untuk maksimal nominal 19 mm

Ukuran ayakan (mm)
Pemisahan ukuran
Persen (%) berat
yang lewat masing-masing ayakan
25
100
19
90 – 100
9,5
20 – 55
4,75
0 – 10
2,36
0 – 5

Sumber : SNI 7656-2012






Klasifikasi agregat

a.                   Agegat berat

Agregat berat merupakan agregat untuk membuat beton dengan berat isi >2400 kg/m3 yang bertujuan untuk menahan radiasi yang berbahaya bagi manusia. Untuk membuat beton tersebut biasanya menggunakan batu barite (BaSO4) dengan berat isi 4,15-4,45 t/m3, dan butirannya seberat 6,80-7,60 t/m3.

  1. Agregat normal

Agegat normal ini yaitu jenis agregat dengan berat isi antara 300-1800 kg/m3. Kegunaan dari beton normal yaitu untuk membuat beton tanpa persyarat khusus, biasanya agregat yang dipakai pada umumnya berupa jenis batuan beku, batuan malihan, dan batuan endapan.

  1. Agregat ringan

Agregat ringan dapat berasal dari sumber daya alam atau hasil dari olahan manusia. Sumber daya alam yang besar adalah material vulkanik. Buatan atau sintetis, agregat yang diproduksi oleh proses termal di pabrik-pabrik. Agregat ringan mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang dari berat tersebut. Tujuan dari agregat ringan untuk membuat beton dengan tujuan khusus. Agregat ringan ini berupa batu tulis, terak pecah, tanah foamed, batu apung dan yang berupa hasil olahan manusia seperti bola plastik ± 6 m,  polyethylene terpthalate (PET) yg telah dioalah dari limbah plastik, kedua agregat ringan tersebut telah diteliti dan layak digunakan sebagai agregat ringan







AGREGAT

Kandungan agregat dalam campuran beton sangat tinggi. Komposisi agregat berkisar antara 60%-70% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga agregat inipun menjadi penting.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukuran yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan ukuran antara agregat halus dan agregat kasar yaitu 4.80mm( British Standard) atau 4.75mm ( Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80mm(4.75mm) dan agregat halus adalah batuan yang ukuran butirnya tidak lebih besar dari 4.80mm(4.75mm).

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul penahan tanah,bendungan dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dll.






BATUAN

Seorang insinyur sipil biasanya melihat batuan sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering kali tahan lama dan kuat, yang diatasnya dapat berdiri bangunan atau digunakan untuk mendirikan bangunan. Batuan dalam penggunaannya dipekerjaan teknik sipil, dapat dibedakan menjadi dua jika dilihat dari ilmu yang mempelajarinya.

  1. Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses terbentuknya batuan. 
  2. Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, didalamnya, atau denganya dapat dibangun berbagai konstruksi.

Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, batuan beku (magma), batuan endapan (sedimentasi), batuan peralihan (metamorph). Tidak ada yang terbentuk karena digosok gerinda ya ?? 

Batuan Beku (Magma)

Batuan magma atau batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat didalam lapisan bumi yang dalam atau dari hasil pembekuan magma yang keluar akibat letusan gunung merapi.



Batuan Sedimen

Batuan sedimen atau batuan endapan terbentuk karena mengendapnya bahan-bahan terurai, sehingga membentuk suatu lapisan endapan bahan padat yang secara fisik diendapkan oleh angin,air,atau es. Batuan sedimen dapat juga terbentuk dari bahan-bahan terlarut yang secara kimia terendapkan dilautan,sungai, danau.



Batuan Metamorf

Batuan metamorf terjadi karena proses metamorfosis, yaitu perubahan yang dialami oleh batuan karena perubahan temperatur dan tekanan. Pada umumnya peningkatan temperatur dan tekanan akan mempengaruhi besar butiran yang terbentuk.






Agregat di Indonesia

Indonesia mempunyai geografi, geologi, dan iklim panas dan basah yang berganti sepanjang tahun. Hal tersebut membuat batu-batuannya mengalami pelapukan dengan derajat yang bergantung pada jenis batu-batuan, iklim, derajat erosi, exposure, dan lainnya. Aspek-aspek yang mempengaruhi pelapukan batuan ini akan mempengaruhi produksi beton. Batuan di Indonesia umumnya terdiri dari igneous vulkanis yang muda seperti basalt,dolomit,andesit, porhyries,tuff,ashes,lebih dalam lagi dapat ditemukan granite dan batu-batuan sedimen dilaut, yaitu sandstone, limestone, dan malstone. Batu-batuan seperti ini biasanya didapat pada lipatan dan patahan pada gugusan atau pegunungan.

Karakteristik Agregat

Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan. Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregat yang berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi,pecahan genteng, pecahan beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale, expanded slag dan lainnya.

Pasir sungai dan batu-batuan yang digali

Pasir yang digunakan dalam campuran beton jika dilihat dari sumbernya dapat berasal dari sungai atau galian tambang (quarry). Agregat yang berasal dari tanah galian biasanya berbentuk tajam, bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam. 

Mengolah Agregat Alam

Tujuan utama pengolahan agregat adalah untuk mendapatkan agregat dengan mutu tinggi dengan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian(excavating), pengangkutan(hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.

Pada waktu penggalian bahan-bahan yang akan menambah berat seperti lempung dan lanau harus disingkirkan karena bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki. Pemisahan bahan yang tidak dikehendaki tersebut dapat dilakukan dengan alat power-shovels,draglines, atau scrapers. Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan pencucian yaitu dengan dilewatkan pada saluran buatan dan agregat tersebut akan disemprot dengan air. Proses  Kemudian agregat diperkecil ukurannya dengan menggunakan alat pemecah batu. Alat pemecah batu yang paling tua disebut Jaw Crusher yang terdiri dari sebuah rahang yang bergerak dan satunya tetap.

Untuk menentukan ukuran dari agregat, agregat kasar disaring menggunakan saringan bergetar sedangkan agregat halus disaring dengan menggunakan saringan hidrolik. Saringan tersebut memiliki perbedaan dalam pembuatannya, kapasitas, serta efisiensinya.

Jenis Agregat

Seperti yang diuraikan diatas, agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat buatan. Agregat alam dan buatan inipun dapat dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya(gradasi), dan tekstur permukaannya.

Jenis Agregat Berdasarkan Berat

Agregat dapat dibedakan berdasarkan beratnya. Ada tiga jenis agregat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal,agregat ringan dan agregat berat. Peraturan beton 1989 mencakup agregat normal dan agregat ringan.

Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk

Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh proses geologi batua. Setelah dilakukan penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan dan mesin pemecah batu dan teknik yang digunakan. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut.

a.       Agregat Bulat

b.      Agregat Bulat sebagian atau Tidak Teratur

c.       Agregat bersudut

d.      Agregat Panjang

e.       Agregat Pipih

f.       Agregat Pipih dan Panjang



Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan

Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin. Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal(crytalline), berpori, dan berlubang-lubang. Permukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin. Secara umum susunan permukaan ini sangat berpengaruh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan ini sangat berpengaruh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan agregat maka semakin sulit pekerjaan beton. Umumnya jenis agregat dengan permukaan kasar lebih di sukai. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut :



Ø  Agregat licin/halus(glassy)

Ø  Berbutir (granular)

Ø  Kasar

Ø  Kristalin (cristalline)

Ø  Berbentuk Sarang Labah (honeycombs)



Sifat-sifat Agregat dalam Campuran Beton

Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Untuk menghasilkan kekuatan beton yang diinginkan maka sifat-sifat ini perlu dipelajari agar dapat mengambil tindakan positif apabila terjadi masalah.

Serapan Air dan Kadar Air Agregat

Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan ada terjadinya udara yang terjebak dalam lapisan atau terjadi karena dekomposisi mineral pembentuk akibat perbuhan cuaca, maka terbentuklah lubang atau rongga kecil didalam butiran agregat (pori). Pori didalam agregat mempunyai bentuk yang bervariasa dan pori-pori mungkin menjadi reservoir air bebas di dalam agregat. Presentase berat air yang mampu diserap agregat didalam air disebut sebagai serapan air, sedangka banyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air.

Agregat Jenis Lain dan untuk Hal-hal Khusus

1.      Agregat Jenis lainnya

Ø  Batu pecah

Ø  Pecahan bata atau genteng

Ø  Tanah liat bakar

Ø  Herculite atau haydite

Ø  Agregat abu terbang

Ø  Benda limbah padat buangan



2.      Agregat untuk hal-hal khusus

Untuk bahan yang harus kuat dan awet, agregat yang digunakan adalah corondum sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni 3.9-4.0 kg/dm³ atau silicone carbide dengan berat murni 3.1-3.2 kg/dm³. Selain itu dapat juga menggunakan jenis agregat lain yang keras seperti batu alam misalnya basalt, terak tanur tinggi, jenis-jenis logam.

Agregat yang sangat ringan untuk isolasi terhadap panas atau yang tahan api adalah perlit, sejenis gelas dari batuan beku (vulkanik) dengan berat isi sekitar 0.6-0.2 kg/dm³, vermiculit dengan berat isi massa sekitar 0.07-0.09 kg/dm³ dan foamglass.

Agregat yang digunakan sebagai pelindung radiasi adalah jenis batuan dengan berat isi murni yang tinggi spar yang memiliki berat isi murni 4.15-4.45 kg/dm³, magnet, biji besi dengan berat isi murni 4.40-5.00 kg/dm³ dan baja (dapat berbentuk pasir atau sebagai butiran-butiran) dengan berat isi murni 6.80-7.60 kg/dm³.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar